Minggu, 21 September 2014

Kata dan Rasa

Suatu kata tanpa suara
Suatu rasa tanpa makna

Berikut akan kugoreskan
Suatu kata yang tanpa suara
Dalam suatu rasa tanpa makna
Dengan pena yang ada
Berisi tinta hitam didalamnya

Suatu kata tanpa suara
Dan suatu rasa tanpa makna
Yang kuperoleh disana
Disaat kita duduk bersama

"Ada orang yang tahu dalam ketahuannya
Ada orang yang tidak tahu dalam ketidaktahuannya
Ada orang yang tahu dalam ketidaktahuannya
Dan ada orang yang tidak tahu dalam ketahuannya"

Suatu kata tanpa suara dan suatu rasa tanpa makna yang kuperoleh disana
#KampusPGRI #KuliahPagi #FilsafatIlmu
^_^V poetz

Rabu, 01 Juni 2011

Refleksi Perkuliahan Filsafat Pendidikan Matematika

Kuliah Filsafat oleh Pak Marsigit

Perkuliahan filsafat pendidikan matematika lebih diwarnai dengan adanya elegi-elegi yang dipostingkan oleh Bapak Marsigit dalam blog “The South Circle of Life Philosophy: The Rebellion of Mathematics Education”. Dalam elegi-elegi tersebut, nilai-nilai fislafat dijabarkan sangat luas seluas-luasnya dan dalam sedalam-dalamnya. Banyak kesempatan yang diberikan oleh Bapak Marsigit untuk mempelajari filsafat melalui elegi-elegi tersebut. Namun masih banyak dari mahasiswa yang kurang memaknainya. Sebagian buktinya adalah dengan banyaknya comment-comment yang ‘nggak nyambung’ dengan apa isi elegi tersebut.

Dalam refleksi perkuliahan kali ini, disampaikan pula permohonan maaf yang sebesar-besarnya oleh Pak Marsigit, atas segala kelancangan-kelancangan. Kelancangan atas panggilan yang diberikan pada Aristoteles, Plato, dll tanpa gelar yang seharusnya. Atas kelancangan berfilsafat, karena berbicara tentang hakekat filsafat. Atas kemarahan filsafat karena tidak tahu bagaimana menempatkan diri sendiri. Atas kesombongan dan arogansi berfilsafat karena tidak berbicara sesuai kapasitasnya. Berbicara sesuai kapasitas membutuhkan perjuangan yang menimbulkan dampak dan resiko. Agar mempu menghadapi tantangan yang ada, maka baiklah banyak berlatih mengelola resiko, harapan, dan tantangan.

Dalam kehidupan sehari-hari, banyak yang beranggapan bahwa Pak Marsigit merupakan tipe orang skepticisms. Bagi beliau tak ada yang salah atas anggapan orang terhadapnya, dan bukan menjadi suatu masalah. Yang penting untuk menjadi masalah bagi beliau adalah fenomena yang terjadi akhir-akhir ini yaitu tentang standart isi. Standart isi merupakan suatu bentuk kesombongan para ilmuan yang akhirnya menjadi proyek-proyek individual. Beliau tak terlalu nyaman membaca berita tersebut dan lebih nyaman membaca berita tentang strand math learning. Strand dalam bahasa Indonesia berarti untaian. Maka pembelajaran matematika merupakan suatu untaian yang indah.

Berbicara soal filsafat, filsafat itu berbahaya jika hanya berfikir secara parsial. Seperti contohnya pada elegi Hantu RSBI, jika kita berpikir secara parsial, maka yang ada dalam pikiran hanya yang berbau mistis dan seputar masalah kematian (RIP). Dalam transformasi dunia, sebagai manusia ciptaan Tuhan, terdapat suatu kedudukan yang tetap dalam hubungan fisik dan spiritual. Sehingga berpikir kritis diperlukan dalam berfilsafat untuk membayangkan dunia.

Dalam matematika, sering kita jumpai simbol seperti di bawah ini:

Dalam kacamata spiritual, A memiliki arti dosa kita sebagai manusia. memiliki arti kesadaran atas kesalahan kita dan permohonan maaf kita pada Tuhan yang tak terhingga. Dan 0 menunjukkan maaf dari Tuhan sehingga kita bersih lagi menjadi 0. Maka arti keseluruhannya ialah, ketika kita sebagai manusia yang pasti memiliki dosa, bila dalam setiap kehidupan, setiap saat, setiap detik, kita mampu menyadari kesalahan kita dan selalu memohon maaf yang tiada batasnya, maka dapatlah kita ampunan oleh Tuhan, sehingga seolah kita terlahir kembali tanpa dosa, kosong seperti pada mulanya.

Keikhlasan itu seperti . Setinggi-tinginya derajat manusia, akan kalah dengan derajat orang ikhlas. Karena bila seorang manusia (x) yang hidup berdasarkan pada rasa ikhlas (0), maka jadilah orang itu serupa dengan gambar dan rupa Allah, mendekati keesaan Tuhan itu sendiri. Namun keikhlasan yang berlebihan juga akan berbahanya, maka jadilah seseorang yang selalu menjalankan sesuatu sesuai dengan porsinya.

Akhirnya, tibalah pada kesimpulan refleksi filsafat kita semester ini, bahwa sehakiki-hakikinya filsafat belajar matematika adalah jika sampai pada akhirnya sendirilah yang merupakan matematika itu sendiri. Anak TK, SD boleh dikatakan sebagai peneliti matematika, namun tetap pada dimensinya. Ruang dan waktu merupakan obyek berpikir. Jika kita tiada lagi berpikir, maka sudahlah kita terbebas dari ruang dan waktu itu sendiri. Seperti contoh 2 + 3 = 5 jika terbebas dari ruang dan waktu. Namun 2 + 3 belum tentu sama dengan 5 jika terikat pada suatu ruang dan waktu tertentu.

Rabu, 25 Mei 2011

Hitam Putih Dunia

(Kuliah Filsafat oleh Pak Marsigit)

Dalam dunia ini, sering kita dapati sesuatu itu berpasang-pasangan. Ada gelap, ada terang. Ada hitam, ada putih. Ada besar, ada kecil. Dan masing banyak pasangan yang dapat kita temukan dalam dunia ini. Tak beda halnya denga filsafat, ada subyek-predikat, fatal-vital, logos-mitos, subyektif-obyektif, bejo-ciloko, yang lalu-sekarang-yang akan datang. Dilihat dari segi ontology filsafat, ada intensif-tidak intensif, ekstensif-tidak ekstensif, ada-tidak ada. Secara epistemology ada sumber-tak ada sumber, ada benar-salah. Secara aksiologi, ada baik-tidak baik, ada etis-tidak etis.

Segala yang ada dan disebutkan merupakan bagian dari dunia filsafat. Padahal filsafat itu kontekstual, alami, natural, pemahaman, saling kenal, dan yang terpenting ialah, filsafat hanya berada dalam pikiran kita. Karena menurut Immanuel Kant, dunia ini merupakan filsafat, dan filsafat ini adalah pikiranku, maka dunia ini tidak lain tidak bukan merupakan pikiranku.

Dalam dunia pendidikan matematika, terdapatlah pula filsafat pendidikan matematika. Agar filsafat itu tak hanya terbatas pada pikiran manusia, maka gabungkanlah filsafat pada umumnya dengan filsafat pendidikan matematika hingga terbentuklah penerapannya. Penerapan dari apa yang ada dalam pikiran kita.

Perbedaan dalam dunia ini kadang membawa kita dalam suatu pertanyaan seperti misalnya bagaimaka kita dapat membedakan fatal dan vital. Dalam pemikiran kita, fatal dan vital tak dapat dibedakan secara pasti, namun adanya fatal dan vital itu untuk dijalani, dimengerti, dan diberikan contoh-contahnya. Dengan menggunakan contoh pasti kita akan lebih paham tentang maksud fatal dan vital itu. Jarak antara fatal dan vital adalah pikiranmu. Karena fatal dan vital berada dalam pikiranmu, maka hanya pikiranmulah yang tahu jarak keduanya. Filsafat tak lepas pula dari ada, pengada dan mengaja. Masih bergerak pada fatal dan vital, tak ada yang tahu soal jodoh, sakit, sehat, dan lain-lain. Hanyalah doa yang mampu menjawab semua tanya hati.

Bila berbicara ontologinya filsafat, maka kita pun berbicara tentang keselarasan antara manusia dan alam. Interaksi antara pikiran, doa, dengan alam dalam bentuk normatif, formal, spiritual, material, dan dalam level intensif dan ekstensif. Pengalaman religi tentang ikatan pikiran dan alam itu merupakan pengalaman pribadi yang tak dapat diceritakan kepada orang lain. Jika kita ceritakan, maka unsure religi yang kita yakini kadang hilang dan hasur dapat dicerilakan secara logis, dan bukanlah lagi menjadi pengalaman religi kita. Agama dapat dihubungkan dengan budaya karena agama merupakan sarana untuk mengatur hubungan Tuhan dengan ciptaannya. Dalam agama ada budaya. Namun bagi orang kafir, mereka sengaja mencari agama dalam budaya kemudian sedikit demi sedikit dilakukan perubahan-perubahan prinsip yang kadang tidak masuk akal. Hanya berpikir secara intensif tapi tanpa dilakukan, atau istilah singkatnya berimajinasi memiliki arti hanya terdapatlah separuh dunia dalam jiwanya. Begitu pula dengan mitos yang merupakan trnsormasi terhadap ruang dan waktu, mitos pun termasuk dalam separuh dunia manusia.

Dalam kehidupan sehari-hari, kadang kita dihadapkan pada dilematis dunia. Apa yang ada atau diputuskan, kadang tak sesuai dengan nurani seseorang. Ini berarti orang tersebut belum mampu sopan terhadap ruang dan waktu. Hal inilah yang disebut dengan penyakit masyarakat. Penyakit dalam hal spiritual misalnya bermasalah dalam berdoa. Contoh sesuatu yang normatifnya bermasalah yaitu tidak punya unggah ungguh. Jika formalnya yang bermasalah maka contoh konkret nya ialah kakinya pincang.

Jika kita berbicara tentang bejo dan ciloko, tak ada sesuatu yang akan dapat sama mendefinisikanny. Karena bejo-ciloko menurut manusia biasa ≠ dengan bejo-ciloko menurut manusia tak biasa ≠ bejo-ciloko menurut pejuang ≠ bejo ciloko menurut Nabi/ Malaikat. Mereka saling menggelar dimensinya masing-masing. Segala sesuatu yang datangnya bukan dari Tuhan berarti datangnya dari setan. Seperti contohnya jimat, sesuatu yang jauh dari kepercayaan kita pada Tuhan.

Ketika kita (sebagai calon guru) dihadapkan pada suatu metode penilaian yang digunakan, haruslah bersifat obyektif, bukan subyektif semata. Untuk membentuk siswa yang baik, maka tanyalah pada dirimu sendiri.

Bila kita berbicara tentang pengaruh masa lalu pada masa sekarang dan masa yang akan datang, secara filsafat mensejarah, apa yang terjadi pada masa sekarang dan masa mendatang memang dipengaruhi oleh masa lampau. Namun menurut filsafat fondationalism, apa yang terjadi tergantung dari mana kita menetapkan startnya. Tak peduli apa yang telah terjadi pada masa lampau, jika kita mulai pada masa sekarang, maka masa sekaranglah yang perlu dipikirkan kedepannya.

Kembali lagi jika kita berbicara pada hitam putihnya dunia ini, tak terlepas pula dari apa itu filsafat hitam, apa makna filsafat putih, dan yang terakhir, apa arti filsafat hitam putih. Terimakasih telah bersedia menbaca tulisan ini. Semoga bermanfaat. Tuhan Memberkati.

Rabu, 11 Mei 2011

Refleksi Pertanyaan (Kuliah Filsafat oleh Pak Marsigit)

Ø Aan: siapakah yang mempelajari hakekatnya hakekat?

Berikut adalah tabel peta filsafat

Ontologi

Epistemologi

Aksiologi

Ontologi

· Merupakan hakekatnya hakekat

· Dinamakan metafisik

Hakekat dari kebenaran / metode

Kebenaran / metode hakekat

Estetikanya hakekat

Hakekat dari estetika

Epistemologi

Kebenarannya hakekat

Hakekat kebenaran

· Metodenya metode

· Kebenaranya kebenaran

Estetikanya kebenaran

Estetika dari kebenaran

Aksiologi

Hakekatnya estetika

Estetikanya hakekat

Kebenaran estetika

Estetika kebenaran

· Estetikanya estetika

Keterangan:

Ontologi : mempelajari sumber-sumber hakekat

Epistemoligi : mempelajari sumber-sumber kebenaran dan metode

Aksiologi : mempelajari sumber-sumber etik, estetika, symbol

Berbicara tentang estetikanya estetika, maka kita berbicara tentang etik secara etik. Seperti contohnya saat resepsi pernikahan, saat para sepuh sedang memberikan wejangan tentang kehidupan, saat itulah orang bicara tentang estetikanya estetika.

Berbicara tentang kebenaranya kebenaran, maka sampailah kita pada bahasan segala yang benar-benar benar. Apa yang benar kadang belum tentu seutuhnya benar karena adanya batas ruang dan waktu.

Berbicara tentang hakekatnya hakekat, maka tidak lain tidak bukan adalah berbicara tentang Tuhan. Karena yang mengetahui hakekatnya hakekat tidak lain tidak bukan adalah Tuhan sendiri.

Ø Nana:

- Bagaimana cara mengajari orang sholat?

Tingkatan hidup seseorang meningkat dari kebutuhan material, formal, normatif, dan spiritual. Spiritual merupakan tingkakan yang paling tinggi, sehingga untuk mencapai titik kesempurnaan dalam hal spiritual, haruslah dilakukan dengan guru-guru spiritual yang dipercayai. Untuk dapat mengajarinya sholat, maka kita harus dulu menjadi guru spiritual baginya. Karena guru spiritual tidak hanya mengajari, namun juga mampu mengajak melakukan sesuatu.

- Bagaimanya caranya agar hati dapat mengendalikan pikiran?

Jawabannya cukup singkat, yaitu dengan membenahi cara-cara kita beribadah, maka hati kita mampu mengendalikan apa yang kita pikirkan

Ø Janu: Seberapa krusial peran filsafat dalam proses pembenahan bangsa?

Yang paling krusial ialah ketika orang yang berkuasa berusaha untuk menguasai filsafat bangsa tersebut. Orang yang berkuasa pastilah berkarakter, seperti contohnya penjajah Belanda, orang-orang Belanda yang menjajah saat itu pastilah memiliki karakter, dari dan untuk Belanda. Dalam tiap orde pemerintahan di Indonesia pun memiliki karakter yang berbeda-beda. Guru tradisional pun memiliki karakter masing-masing, tak ada yang sama satu sama lain. Apabila karakter bertemu dengan kuasa, maka jadilah sesuatu itu bersifat tradisional.

Ø Ana: Bagaimana cara memahami karakteristik siswa?

Cara yang paling mudah ialah dengan berkomunikasi. Semakin banyak atau sering kita berkomunikasi dengan siswa, maka semakin mengertilah kita dengan jalan pikiran siswa, sehingga semakin mudah pula kita mengetahui karakternya.

Ø Puput: Apakah relevan, jika para orang tua mengambil pesan moral yang diajarkan oleh dalang cilik itu?

Wayang merupakan suatu bentuk aksiologi/estetika. Namun dalam wayang tersebut, terdapatlah estetikanya hakekat (aksiologinya ontologi), estetikanya metode (aksiologinya epistemologi), serta estetikanya estetika itu sendiri (aksiologinya aksiologi).

Dalang cilik, hanya terbatas pada aksiologinya ontology. Yaitu hanya pada pengenalan hakekat sebenarnya wayang. Mereka (para dalang cilik) barulah menceritakan kisah-kisah yang ada dalam pewayangan secara teori dan hapalan, jadi belum ada pesan moral atau critical-critical thinking dalam kehidupan kita atau juga penyampaian pengalaman hidup. Mereka baru menceritakan separuh dari dunia wayang, dan hanya hafalan. Jadi memang kurang relevan untuk kebutuhan pesan moral bagi orang dewasa. Hanyalah memiliki sifat entertain bagi orang-orang dewasa.

Ø Intan:

- Bagaimana cara mengatasi gugup/panic?

Cara paling ampuh ialah dengan berdoa yang khusuk, mencari guru spiritual, perbanyak istigfar dan mohon ampun. Dijamin, gugup/panic akan segera hilang.

- Apakah hubungan sejarah dan filsafat?

Filsafat mempelajari sesuatu yang tadi, sekarang, dan yang akan datang. Sesuatu yang telah lewat itulah yang kita sebut sejarah. Maka jelaslah hubungan sejarah dan filsafat, yaitu sejarah merupakan suatu bagian yang dipelajari dalam filsafat.

Ø Kadek: apakah filsafat gending Jawa itu?

Gending Jawa itu merupakan suatu harmoni. Harmoni memiliki makna sadar terhadap ruang dan waktu. Sadar dan waktu nya gending-gending jawa ialah ketika alat-alat tersebut bunyi sesuai dengan alunan lagunya sehingga membentuk harmoni yang luar biasa indahnya.

Ø Nurika: bagaimana bisa Syeh Siti Jenar mengganggap dirinya Tuhan?

Tidak perlu melihat terlalu jauh sampai pada Syeh Siti Jenar untuk melihat seseorang yang menganggap dirinya Tuhan. Kita pun kadang merasa diri kita adalah Tuhan, ketika kita merasa kita sudah menyatu dengan Tuhan. Ketika pada tingkatan yang paling tinggi, kita tak mampu mengendalikan diri kita, maka kesombongan diri itulah yang membuat kita menganggap diri kita ini Tuhan. Sama seperti kesombongan Syeh Siti Jenar yang mengaku-aku di depan Tuhan.

Ø Husna: bagaimanakah orang yang bijaksana itu?

Filsafat itu bijaksana. Maka para filsuf itu merupakan orang-orang yang berusaha untuk menjadi bijaksana, atau menggapai bijaksana itu. Elegy pun tak jauh beda dengan filsafat. Hanya Tuhan dan orang-orang pilihan-Nya lah yang secar mutlak dikatakan bijaksana. Secara filsafat, orang yang bijaksana ialah orang yang berilmu serta mempunyai rasa dan karsa. Menurut orang barat, orang yang bijaksana ialah orang yang mencari ilmu. Sedangkan menurut orang timur, orang yang bijaksana ialah orang yang member ilmu.

Ø Tyas Wirani: bagaimana cara mengajarkan materi kepada siswa yang daya tangkapnya lamban?

Mengajarkan digarisbawahi. Kata mengajarkan itu kurang tepat untuk digunakan pada jaman sekarang ini. Kita sebagai pendidik, bukan mengajarkan materi, melainkan mencari cara kreatif agar siswa itu mau belajar secara kreatif pula. Kreatif bukanlah diperintah, hanya difasilitasi. Mereka dapat dengan merdeka menggunakan cara belajar mereka masing-masing.

Ø Nisa: Bagaimana cara menjunjung kesopanan terhadap ruang dan waktu?

Ada kalanya mengabaikan ruang dan waktu itu juga menghargai ruang dan waktu yang lain. Karena hidup kita ini suatu reduksi, maka memang pada suatu ruang dan waktu, pastilah kita mengabaikan ruang dan waktu yang lain,oleh sebab itu, kita harus pandai memilah-milah. Jika itu memang baik maka baiklah untuk kita. Hidup itu mereduksi, maka hargailah yang telah ada.

Ø Ita: antara hati dan pikiran, apakah harus seimbang?

Segala yang kita butuhkan haruslah seimbang. Secara material (emosi), formal, normative (cinta), serta spiritual. Spiritual inilah yang merupakan paying dari segala kebutuhan yang kita butuhkan, termasuk pikiran kita.

Rabu, 27 April 2011

Filsafat Matematika dan Filsafat Pendidikan Matematika(Kuliah Pak Marsigit)

Margaretha Putrining Tyas
08301241037
P. Matematika Subsidi 08

Filsafat Matematika dan Filsafat Pendidikan Matematika
Kuliah Filsafat Pak Marsigit

Berikut merupakan sebuah gambar, contoh fenomena sehari-hari dulu kala, yaitu fenomena yang terjadi pada peradaban manusia kuno di jaman Mesopotamia, Babilonia, dan Mesir.

Dengan suatu contoh tentang abstraksi terhadap sesuatu yang kita jumpai dan mampu melekat erat dalam pikiran kita, kemudian kaum-kaum cendekia dari Yunani mulai memikirkan sesuatu. Yaitu tentang matematika sehari-hari yang juga perlu dilakukan abstraksi serta idealisasi sehingga dapatlah dengan mudah matematika itu diBUKTIkan.

Alam berpikir manusia ialah alam transenden yaitu terdiri dari 2 paham. Yang pertama yaitu paham yang diajarkan oleh Perminedes yaitu bahwa pikiran manusia itu tetap adanya, tanpa ada perubahan. Sedangkan yang kedua, pikiran manusia itu berubah. Lebih fleksible, tergantung akan ruang dan waktu. Yaitu paham yang diajarkan oleh Heraclitos. Perubahan yang dimaksud ialah perubahan system berpikir, perubahan struktur berpikir, juga bangunan dalam pikiran kita. Perubahan yang terjadipun berdasarkan pada pondamen yang ada. Jika kita sesalu meletakkan dasar setiap akan melakukan sesuatu, maka kita berada dalam lingkar ideology pondamentalism. Namun jika kita tanpa dasar melakukan sesuatu, maka kita tergolong dalam kaum intuisionism.

Matematika jika dilihat dari paham yang pertama, yaitu Pondalism, terbagi menjadi 4 kategori yaitu: tunggal, dual, multi, dan pluralism. Dimana masing-masing kategori bersifat absolute dan relatif. Pondasi inilah yang menyebabkan adanya hermeneutika pendidikan. Yaitu matematika perlu adanya ektensi yang luas seluas-luasnya serta intense yang dalam sedalam-dalamnya.
Secara filsafat, matematika juga masih tetap berada dalam unsure ontologi, epistemologi dan aksiologinya. Suatu abstraksi (contohnya gambar tadi), merupakan suatu fenomena kehidupan. Sedangkan apa yang ada dalam pikiran merupakan noumenenya.

Sesuai apa yang kita diskusikan dalam perkuliahan sebelumnya, kita tahu bahwa dunia sesungguhnya terbagi menjadi 2 bagian, yaitu dunia yang terikat oleh ruang dan waktu serta dunia yang terbebas oleh ruang dan waktu. Dunia yang terbebas oleh ruang dan waktu ialah dunia yang berada dalam ranah pikiran manusia, transenden, noumena. Para pengikut Hilbert, kaum Fondamentalis, Formalis, Aksiomatis. Memiliki sifat rigor, Apodiktik, Tunggal, Pasif, Konsisten. Juga sifat koheren, identitas serta absolutnya. Pengikutnya ialah orang-orang UGM, ITB, UI, IPB, Matematikawan. Yaitu kaum-kaum pendukung pelaksanaan UN. Sedangkan dunia yang terikat oleh ruang dan waktu memiliki sifat kontradiktif, relatif, plural, serta korenpondensi. Para pengikutnya ialah orang-orang UNY, IKIP, Sekolah dan siswa. Orang-orang yang peka akan adanya hal-hal yang kurang pas dalam dunia pendidikan.

Oleh sebab itu, sebagai gerakan revolusi pendidikan, Dr. Marsigit, M.A memberanikan diri untuk menulis Surat Terbuka kepada Presiden, dengan tujuan agar dibaca khalayak umum sehingga khalayak umum sadar akan ketidak tepatan sistem pendidikan di Indonesia ini. Seperti yang telah saya sebutkan diatas, selama masih ada UN, maka pendidikan matematika tidak akan baik. Karena pendidikan masih dikuasai UGM, ITB, dkk, yaitu kaum-kaum fondamentalis, yang sama sekali tak memiliki basic pendidikan. Bagi kaum-kaum pendidik, jika kita masih belum sadar dan tidak benar-benar paham akan hal itu, berarti kita masih tergabung pada pemikiran kaum-kaum yang terbebas oleh ruang dan waktu. Jika kita telah mulai sadar, maka ide ‘Revolusi Pendidikan’ pastilah menjadi solusi utama perubahan system yang salah di Indonesia ini. Kaum yang terbebas oleh ruang dan waktu merupakan kaum-kaum Pure Mathematician yang menganut absolutism. Sedangkan kaum-kaum Educatician merupakan kaum-kaum kontruktivis dan socio, dan sesungguhnya kaum-kaum seperti itulah yang tahu bagaimana cara memperlakukan orang lain, taruhlah peserta didik, dengan baik. Karena jiwa sosialnya telah dibentuk sejak awal, sehingga sense of psychology nya lebih baik/peka.

Berdasarkan teorinya, pembelajaran dengan metode RME (Realistic Mathematic Education), pada tingkatan SD, mereka mengenal matematika melalui benda konkrit seperti alat peraga. Tingkat SMP melalui skema, tingkat SMA melalui model, dan barulah tingkat PT mempelajarinya secara abstrak/formal, dengan pembuktian-pembuktian teorema yang digunakan pada tingkat bawahnya. Menurut Gestalt, berkaitan dengan skema kognisi, pembelajaran secara Deduksi, dari umum ke detail, lebih cocok digunakan di bangku SD dan SMP daripada secara Induksi, dari detail ke umum.

Selasa, 12 April 2011

RUWAT = PENJELASAN (kuliah Pak Marsigit)

Margaretha Putrining Tyas
08301241037
P. Matematika Subsidi 08

TUGAS PERKULIAHAN FILSAFAT PENDIDIKAN MATEMATIKA
RUWAT = PENJELASAN
Kuliah Filsafat oleh Pak Marsigit

Terdapatlah suatu manusia dan bumi dalam lingkaran ruang dan waktu tertentu. Seorang manusia itu, sebutlah beliau Dr. Marsigit, sedang melakukan abstraksi menggunakan pikirannya mengambil jarak dari bumi. Kemudian abstraksi itu diambil lagi untuk menerjemahkan apa itu bumi sesungguhnya.

Anggaplah hasil abstraksi itu adalah sebuah titik. Jika titik itu berada dalam pikiran kita, maka titik itu merupakan obyek pikiran. Jika titik itu dapat kita lihat dengan mata kita, maka titik itu sekarang berada di luar pikiran kita dan tidak lagi kita pikirkan karena tidak berada di dalam pikiran kita. Titik yang demikianlah yang disebut obyek luar pikiran.

Titik yang berada dalam pikiran merupakan suatu potensi dan yang berada di luar pikiran merupakan suatu fakta bahwa sesungguhnya titik itu nyata adanya. Jika titik itu merupakan perpaduan sekaligus potensi dan fakta, maka titik itu telah berada dalam suatu naungan ruang dan waktu.

Potensi dan fakta yang relative terhadap ruang dan waktu jika ditambah dengan kesadaran apa yang kita miliki, maka akan menjadi sesuatu yang bermakna. Sesuatu yang bermakna itu misalnya titik tadi, bisa mewakili seseorang, sebidang tanah, dunia, garis, kawat, Negara, dan lainnya. Tergantung pada batasan ruang dan waktunya.

Potensi dan fakta yang relative terhadap ruang dan waktu jika ditambah dengan kesadaran apa yang kita miliki, serta penambahan abstraksi akan membuat kita semakin kompleks dan rumit untuk memahami dunia.

Taruhlah titik itu sebuah potensi, jika digeser dan ditarik akan dapa membentuk garis, dimana garis adalah faktanya.

Taruhlah titik itu sebuah potensi, jika digeser dan ditarik akan dapa membentuk lingkaran, dimana lingkaran adalah faktanya.

Taruhlah titik itu sebuah potensi, jika digeser dan ditarik akan dapa membentuk kubus, dimana kubus adalah faktanya.

Taruhlah titik itu sebuah potensi, jika digeser dan ditarik akan dapa membentuk bidang, dimana bidang adalah faktanya.

Taruhlah titik itu sebuah potensi, jika digeser dan ditarik akan dapa membentuk bola, dimana bola adalah faktanya.

Taruhlah titik itu sebuah potensi, jika digeser dan ditarik akan dapa membentuk spiral, dimana spiral adalah faktanya.

Oleh sebab suatu abstraksi, berkembanglah berbagai konsep untuk mempelajari dunia dengan menggunakan suatu analogi seperti misalnya dalam spiral ada dunia. Namun semuanya itu masih berada dalam pikiran kita. sehingga yang kita pikirkan barulah separuh isi dari dunia ini. Separuh dunia yang lain ialah yang berada di luar pikiran kita yaitu berupa fakta, pengalaman, dan realita.

Analogikan dunia ini adalah dua buah kurva normal. Satu kurva mewakili separuh duniaku, dan kurva yang lain mewakili separuh dunia yang lain. Dalam kurva separuh duniaku, garis x = 0 merupakan batas normal suatu pemikiran dan tindakan seseorang dalam lingkup dirinya. Standart deviasi dalam kurva normal tersebut mewakili adanya penyimpangan diri. Dan garis batas normal merupakan tanda keputusan atau batas toleransi suatu penyimpangan yang ada. Sedangkan dalam kurva separuh dunia yang lain, garis x = 0 merupakan garis batas sesuatu dianggap normal oleh masyarakat. Orang jawa menyebutnya “padha adate / padha umume”. Jika ingin dianggap masyarakat bahwa hidup kita bahagia, “melu adate wae”. Maka untuk menghindari sesuatu dianggap salah oleh masyarakat, bertindaklah seperti pada umumnya. Beradalah dalam garis batas normal. Dan daerah yang tidak berada dalam daerah normal disebutlah daerah bermasalah. Karena disitulah orang-orang yang dianggap oleh masyarakat sebagai orang yang bermasalah berada. Dengn setiap perlakuan yang dilakukan masyarakat terhadap orang yang bermasalah, maka jika orang tersebut masih berada dalam batas toleransi dan ingin menjadi seorang yang normal lagi dalam masyarakat, maka seseorang itu harus melakukan ritual RUWATan. Ruwatan merupakan konsep Jawa untuk menghilangkan suatu penyimpangan atau keanehan yang ada menurut masyarakat sekitar.
Secara filsafat, ruwat berarti penjelasan. Maka jika ada sesuatu yang aneh atau ganjil, maka perlu penjelasan agar menjadi jelas dan ‘gamblang’. Ritual ruwatan itu juga merupakan salah satu bentuk penjelasan dalam masyarakat jawa agar keanehan yang terjadi dapat segera berhenti.

Menurut Imanuel Kant, pikiran kita dibagi menjadi dua, yaitu dunia atas dan bawah yang didalamnya terdapat kategori pikiran yaitu kualitatif, kuantitatif, kategori, dan relasi. Dalam dunia atas terdapatlah logika dan apriori. Sedangkan dunia bawah terdapatlah pengalaman dan sintetik. Maka menurut konteks orang jawa, ruwat ini merupakan perantara antara logika dan pengalaman. Atau bias disebut penghubung dunia atas dan bawah pikiran manusia. Dengan adanya ketenangan jiwa, kita dapat mengetahui seberapa jauh orang Amerika sana menyetujui pendapat kita, prinsip orang jawa, yaitu anggapan bahagia bila ikut umum, “melu umum”, “padha liyane”. Dengan adanya penjelasan itu, sesuatu yang disebut mitos itulah dapat diubah menjadi logos atau ilmu. Sesuatu yang tak dapat dijelaskan itu dogma / otoritarian. Sedangkan orang yang tak mampu menjelaskan itu lah yang disebut seorang yang otoriter.